CINTA SEJATI
“Nggi, gmana? kamu udah dapet cowok yang kamu suka belum? Batas waktunya dua hari lagi loh…” Tanya Agnes ketika aku berpapasan dengannya di koridor sekolah. Hmmmh… aku menarik nafas panjang. Aku bingung harus menjawab apa, karena sampai sekarang aku belum mendapatkan pria idamanku.
“Ayo, donk Nggi…. Masa diantara kita bertiga cuma kamu doank yang belum dapat cinta sejati sih?” Agnes makin mendesakku.
“ Udahlah, Nes. Tenang aja… pasti dapet kok. Aku ke lab dulu ya… dah..” pamit ku buru-buru meninggalkanya sendiri. Mendingan aku menghindar, pikirku.
****
Mungkin kamu bingung dengan ceritaku ini. Kenapa aku harus mendapat cowok idamanku secepatnya? Baiklah, akan kuceritakan kisahku selengkapnya. Namaku Anggia, siswi tingkat 1 salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung, kota kelahiranku tercinta. Sudah tiga bulan sejak pertama kali aku masuk kampus ini. Tiga bulan juga sudah aku berteman dengan 2 teman baruku yang kini menjadi teman akrabku, Yolanda dan Agnes. Agnes yang mendesakku tadi adalah anak Jakarta, anaknya Rame, heboh, cerewet. Wah pokoknya udah kayak radio rusak deh.. ngoceh melulu. Sahabatku yang satu lagi Yolanda, berdarah batak. Orangnya pendiam tapi cantiknya bukan main. Kayak indo gitu. Kita sahabatan mulai awal masuk kampus. Waktu itu Ospek, kita bertiga sama-sama dihukum senior. Aku dihukum karena lupa buat tugas, Agnes karena suka ngelawan senior dan Yolanda… Kenapa ya? Kayaknya cuma karena senior suka sama wajah cantiknya. He…
Kurang lebih seminggu yang lalu, ketika kita bertiga lagi makan di kantin, Agnes cerita ke aku dan Yolan tentang cwok barunya, Rio. Katanya dia itu cowok paling perfect yang pernah dia kenal. Orangnya lembut, baik, tajir, yah pokonya yang baik2 deh. Tapi mendengar ceritanya menurutku Rio cuma sekedar cowok dandy yang manja, Tapi gak mungkinkan aq bilang gitu ke sahabatku tentang cinta sejatinya itu. Ya aku diam saja sambil mangut-mangut tanda pura2 setuju. Yolan malah ikut menceritakan cowoknya yang sekarang kuliah di Paris. Akhirnya mereka malah asyik bercerita tentang cowok masing2. Wah, aku males ikut-ikutan. Mending aku makan baksoku, sayang kalo keburu dingin dan mi nya mengembang jadi segede-gede jempol. Hiii.. kan gak enak lagi.
Lagi asyik-asyiknya makan, Yolan dan Agnes bertanya padaku, “ Anggia, kamu pernah punya cowok gak? Cinta sejati ..”
“ mmm.. belom tuh.” Jawabku santai sambil terus makan dengan lahap kayak orang kelaparan.
“ hah!! Belum?? Kamu tuh dah kuliah masa belum punya cowok sih? “ yolan terbelalak kaget.
“ Emang kenapa? Biasa aja kale…” aku menjawab malas.
“ Ya, aneh aja. Kamu sih dingin sama cowok. Kapan bisa dapat cinta sejati?” protes agnes.
“ Jodoh itu emang di tangan tuhan, tapi kamu juga harus nyari. Kalo gak ya dia bakal tetep ada di tangan Tuhan. Gak bakal nyampe ke kamu, Anggia sayang…” Yolan menambahkan dengan gemas.
“ Ya, jadi aku harus gmana?” tanyaku. “ ya, kamu harus cari cowok. Kalo dalam dua minggu kamu gak dapat juga biar aku sama Agnes yang cariin. Kita gak mau kamu gak punya cinta sejati” kata Yolan sok pahlawan
“ ya, terserah lah” jawabku pasrah menerima kesemene-menaan mereka.
****
Nah, yang Agnes tagih tadi ya janji. Sudah genap 1 minggu 5 hari sejak perjanjian itu. Tapi sampai sekarang aq belum dapat cowok idamanku itu. Aku sebenarnya bingung cinta sejati itu apa. Aduh, untung tadiaku bisa menghindar. He… Anggia. Ah, mending aku jalan-jalan ke taman belakang dulu ah..Refreshing! memang mau ke lab sih, tapi pagi-pagi begini biasanya lab belum buka.
Aku berjalan pelan sambil menghirup nafas dalam-dalam. Mengisi paru-paruku dengan udara sejuk menyegarkan ini. Huahh… segar sekali. Mumpung sepi sekalian aku meggerakkan tanganku meniru gerakan senam yang biasa kulihat di TV. Satu… dua… satu.. dua…
Tiba-tiba saat sedang asyik bersenam ria, aku mendengar senandung kecil yang merdu dari arah kiriku. Sebuah suara tua yang lembut milik pak Salman al Farizi, tukang sapu di kampusku. Pikiranku langsung membayangkan sosok tua bersahaja yang selalu ramah menyapa kami. Sosok yang walaupun sudah renta selalu rajin shalat berjamaah dan sering mengumandangkan adzan di mesjid kampusku. Sesosok yang religius. Aku tergoda untuk mendekati Pak Salman. Makin kudekatkan langkahku dengan sumber senandung itu. Ketika sudah berjalan beberapa langkah, akhirnya aku melihat sosok Pak Salman yang sedang manyapu sisa-sisa daun kering yang berguguran. Melihatku datang,beliau spontan berhenti bersenandung. Beliau agak kaget melihatku, namun langsung tersenyum dan mengucapkan salam dengan ramah
“ Eh, Assalamu’alaikum, Neng Anggia. Tumben pagi-pagi sudah ada dikampus”
“Wa’alaikum salam, Pak. Iya ada praktikum sebentar lagi. Ini saya lagi iseng aja Pak jalan-jalan. “ jawabku. Lalu sejenak aku terdiam memandang gundukan daun-daun kering, melamun teringat obrolanku dengan Agnes barusan.
“Ada apa Neng? Kok mukanya kelihatan kusut. Ada yang bisa Bapak bantu?” tawarnya ramah, mungkin beliau melihat muka kusutku .
Entah kenapa aku berpikir untuk menceritakan masalah pencarian cinta sejatiku pada pak Salman. Mungkin karena beliau mirip almarhum kakek, tempatku menceritakan masalah-masalahku.
“Pak, menurut Bapak cinta sejati itu apa sih” tanyaku. “ Wah, apa ya Neng? Menurut Bapak mah cinta sejati itu cinta yang tulus. Cinta yang senantiasa member tanpa mengharapkan balasan. Hanya ingin membuat orang yang disayangi senang. Tapi Bapak gak begitu ngerti juga Neng. Bapak mah cuma orang kampung.” Jawab Beliau rendah hati. Benar juga ya. Pikirku dalam hati. Yang aku tau cinta yang paling sejati itu cinta Ibu ke anaknya. Tulus tanpa pamrih. Masih penasaran aku melanjutkan pertanyaanku pada Pak Salman.
“ Pak, Bapak punya cinta sejati gak? Istri bapak mungkin?” tanyaku langsung tanpa basa-basi. Pak Salman tersenyum mendengar pertanyaan konyolku tadi.
“ Punya.” Jawab beliau singkat. “ wah, pasti senang ya istri bapak. Punya orang yang sangat mencintai beliau.” Komentarku antusias mengira cinta sejati Pak Slaman pasti Istrinya.
” Pengen deh ketemu istri Pak Salman, pasti orangnya baik kayak Pak Salman. boleh kan Pak? Sekalian saya mau tanya-tanya tentang cinta sejati bapak sama Bu Salman” Kataku.
“ Boleh sih Neng, tapi kayaknya tidak mungkin Neng. Istri Bapak sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu.” Jawab pak Salman dan aku mlihat sinar matanya sedikit meredup . Aku terkejut mendengar hal itu.
“ Istri dan dan tiga orang anak bapak meninggal dalam kecelakaan kereta 10 tahun yang lalu. Waktu itu mau lebaran,mereka mau pulang kampung ke Purwokerto. Tapi bapak pergi belakangan karena ada urusan, jadi gak ikut kereta itu Neng. Jadi sekarang ya bapak hidup sendirian” Pak Salman menjelaskan kisah hidupnya.
Aku hanya terdiam mendengar cerita beliau, lidahku kelu tak tau harus berkata apa. Pak Salman yang begitu ceria ternyata menyimpan sedih yang begitu dalam.
“ Kalau dibilang keluarga Bapak cinta sejati Bapak ya tidak salah juga.” Lanjut beliau lagi.
Aku memandang beliau denga takjub. Seorang bapak tua yang sangat tabah walaupun ditimpa cobaan besar.
“Tapi apa Bapak tidak sedih?” tanyaku yang akhirnya bisa mengeluarkan suara juga.
“ Setiap yang bernyawa adalah milik Allah, jadi Allah berhak mengambilnya lagi. Keluarga bapak bukan milik bapak Neng. Itu hanya titipan Allah buat bapak, tapi ketika sudah selesai waktunya Allah berhak mengambilnya lagi. Kalau Neng Tanya bapak sedih atau tidak pasti bapak sedih Neng, bapak kan cuma manusia biasa. Tapi bapak berusaha ikhlas, karena ini sudah kehendak Allah. Lagipula Allah sudah banyak memberi bapak rizki yang tak ternilai.bapak masih diberi hidup, masih diberi sehat, masih diberi indra yang lengkap. Menurut surat Ar-Rahman kan “Nikmat Allah yang mana yang kau dustakan? “ Sekarang Cuma Allahlah cinta sejati bapak Neng. Kalau kita berpikir cinta sejati kita adalah manusia maka kita akan merasa sedih bila disakiti dan ditinggalkan, karena manusia itu tidak kekal. Tapi bukan berarti kita tidak boleh mencintai sesame manusia. Boleh, asal kita mancintainya karena Allah“ jawab beliau.
Aku hanya bisa terdiam mendengarkan penjelasan Pak Salman.
“ Pak Salman, bisa kesini sebentar” terdengar teriakan seorang laki-laki. Ternyata dia atasan Pak salman.” Baik pak.” Jawab Pak Salman. “ Neng bapak pamit dulu ada kerjaan. Assalamu’alaikum” pamit beliau, lalu beliau pergi menjauh.
Saat itu tinggalah aku sendiri di taman itu. Terduduk di bangku taman memikirkan kata-kata Pak Salman tadi. Beliau yang sdah banyak merasa kehilangan saja masih bisa bersyukur dan mencintai Allah dengan cinta yang begitu besar. Sedang aku, yang punya keluarga utuh, berkecukupan, pintar, canti tidak bisa bersyukur dan mencintai-Nya begitu besar.
Tiba-tiba mataku memanas, mataku dipenuhi air mata. Saat itu juga tangisku pecah. Astagfirullah…
Kenapa aku baru menyadari bahwa selama ini selalu ada yang memberikan segalanya untukku, selalu memberikan cinta tulus-Nya pada ku. Ya Allah… kenapa aku baru menyadari bahwa cinta sejati yang aku cari-cari selama ini adalah Engkau. Sang Maha Pengasih yang telah member segalanya padaku. Nikmat yang tak terhitung banyaknya.
Selama ini aku buta menganggap bisa mendapat cinta sejati dari seorang pacar. Hatiku telah tersadarkan oleh kata-kata lelaki tua yang tabah tadi. Lelaki mulia yang mengajarkan arti cinata sejati bagiku. Kuusap air mata yang menetes di pipiku. Aku bangkit dari dudukku. Sekarang aku tak ragu lagi bertemu Agnes dan Yolan karena yakin telah mendapatkan cinta sejatiku. Allah…..